Cinta dan kasih sayang dari seorang anak kepada ayahnya.
Dibawah ini saya akan mempost cerita cinta dan kasih sayang dari seorang anak kepada ayahnya. selamat membaca.. :)
Salah satu da’i berkata, “Ada seorang laki-laki memiliki
hutang", dan pada suatu hari datanglah kepadanya pemilik hutang, kemudian
mengetuk pintunya. Selanjutnya salah seorang putranya membukakan pintu
untuknya. Dengan tiba-tiba, orang itu mendorong masuk tanpa salam dan
penghormatan, lalu memegang kerah baju pemilik rumah seraya berkata kepadanya,
“Bertakwalah kepada Allah, bayar hutang-hutangmu, sungguh aku telah bersabar
lebih dari seharusnya, kesabaranku sekarang telah habis, sekarang kamu lihat
apa yang kulakukan terhadapmu hai laki-laki?!"
Pada saat itulah sang anak ikut campur, sementara air mata
mengalir dari kedua matanya saat dia melihat ayahandanya ada pada kondisi
terhina seperti itu.
Dia berkata,”Berapa hutang yang harus di bayar ayahku?’
Dia menjawab,”Tujuh puluh ribu real.”
Berkata sang anak,”Lepaskan ayahku, tenanglah,
bergembiralah, semua akan beres.”
Lalu masuklah sang anak kekamarnya, dimana dia telah
mengumpulkan sejumlah uang yang bernilai 27 ribu Real dari gajinya untuk hari
pernikahan yang tengah ditunggunya. Akan tetapi dia lebih mementingkan ayahanda
dan hutangnya daripada membiarkan uang itu di lemari pakaiannya. Sang anak
masuk ke ruangan lantas berkata kepada pemilik hutang, “Ini pembayaran dari
hutang ayahku, nilainya 27 ribu Real, nanti akan datang rizki, dan akan kami
lunasi sisanya segera dalam waktu dekat Insya Allah.”
Di saat itulah, sang ayah menangis dan meminta kepada lelaki
itu untuk mengembalikan uang itu kepada putranya, karena ia membutuhkannya, dan
dia tidak punya dosa dalam hal ini. Sang anak memaksa agar lelaki itu mengambil
uangnya. Lalu melepas kepergian lelaki itu di pintu sambil meminta darinya agar
tidak menagih ayahnya, dan hendaknya dia meminta sisa hutang itu kepadanya
secara pribadi.
Kemudian sang anak mendatangi ayahnya, mencium keningnya
seraya berkata, “Ayah, kedudukan ayah lebih besar dari uang itu, segala sesuatu
akan diganti jika Allah azza wa jalla memanjangkan usia kita, dan menganugerahi
kita dengan kesehatan dan ‘afiyah. Saya tidak tahan melihat kejadian tadi,
seandainya saya memiliki segala tanggungan yang wajib ayah bayar, pastilah saya
akan membayarkan kepadanya, dan saya tidak mau melihat ada air mata yang jatuh
dari kedua mata ayah di atas jenggot ayah yang suci ini.”
Lantas sang ayah pun memeluk putranya, sembari sesegukan
karena tangisan haru, menciumnya seraya berkata, “Mudah-mudahan Allah meridhai
dan memberikan taufiq kepadamu wahai anakku, serta merealisasikan segala
cita-citamu.”
Pada hari berikutnya, saat
sang anak sedang asyik melaksanakan tugas pekerjaannya, salah seorang
sahabatnya yang sudah lama tidak dilihatnya datang menziarahinya. Setelah
mengucapkan salam dan bertanya tentang keadaannya, sahabat tadi bertanya
“Akhi (saudaraku), kemarin, salah seorang manajer perusahaan
memintaku untuk mencarikan seorang laki-laki muslim, terpercaya lagi memiliki
akhlak mulia yang juga memiliki kemampuan menjalankan usaha. Aku tidak
menemukan seorang pun yang kukenal dengan kriteria-kriteria itu kecuali kamu.
Maka apa pendapatmu jika kita pergi bersama untuk menemuinya sore ini?”
Maka berbinar-binarlah wajah sang anak dengan kebahagiaan,
seraya berkata,
“Mudah-mudahan ini adalah do’a ayah, Allah azza wa jalla
telah mengabulkannya.”
Maka dia pun banyak memuji Allah azza wa jalla. Pada waktu
pertemuan di sore harinya, tidaklah manajer tersebut melihat kecuali dia merasa
tenang dan sangat percaya kepadanya, dan berkata,
“Inilah laki-laki yang tengah kucari.”
Lalu dia bertanya kepada sang anak, “Berapa gajimu?”
Dia menjawab, “Mendekati 5 ribu Real.”
Dia berkata, “Pergi besok pagi, sampaikan surat pengunduran
dirimu, gajimu 15 ribu Real, bonus 10% dari laba, dua kali gaji sebagai tempat
dan mobil, dan enam bulan gaji akan di bayarkan untuk memperbaiki keadaanmu.”
Tidaklah pemuda itu mendengarnya, hingga dia menangis sambil
berkata, “Bergembiralah wahai ayahku.”
Manajer pun bertanya kepadanya tentang sebab tangisannya.
Maka pemuda itu pun menceritakan apa yang telah terjadi dua hari sebelumnya.
Maka manajer itu pun memerintahkan untuk melunasi hutang-hutang ayahnya. Adalah
hasil dari labanya pada tahun pertama, tidak kurang dari setengah milyar Real
Berbakti kepada kedua orang tua adalah bagian dari ketaatan terbesar, dan
bentuk taqarrub kepada Allah azza wa jalla yang teragung.
Dengan berbakti kepada keduanya rahmat-rahmat akan
diturunkan, segala kesukaran akan disingkapkan. Dan Allah azza wa jalla telah
mengaitkan antara berbakti kepada kedua orang tua dengan tauhid, Allah azza wa
jalla berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang dari keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” [QS. Al Israa’. 23]
Di dalam shahihahin, dari hadits Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal mana yang paling dicintai oleh Allah?” Maka
beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Kukatakan lagi, “Kemudian apa?” Beliau
menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Kukatakan, “Kemudian apa?” Beliau
menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” [HR.al Bukhari & Muslim].
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang atas kalian
Uwais bin ‘Amir bersama dengan penduduk Yaman dari Murad kemudian dari Qorn.
Dulu dia kena penyakit sopak, kemudian sembuh darinya kecuali selebar koin uang
dirham. Dia punya seorang ibu yang dulu dia berbakti kepadanya. Seandainya dia
bersumpah atas nama Allah, pastilah akan dipenuhiNya. Maka jika kamu mampu dia
beristighfar untukmu, maka lakukanlah.” [HR. Muslim].
Ini pula Hiwah bin Syuraih, dia adalah salah seorang Imam
kaum muslimin dan ulama yang terkenal. Dia duduk pada halaqohnya mengajar
manusia. Berbagai thalib (penuntut ilmu) datang kepadanya dari segenap tempat
untuk mendengar darinya. Maka suatu ketika ibunya berkata kepadanya, saat dia
berada di tengah-tengah muridnya, “Berdirilah wahai Hiwah, beri makan ayam.”
Maka dia pun berdiri dan meninggalkan kajian.
Ketahuilah wahai saudaraku yang tercinta, bahwasanya
termasuk pintu-pintu sorga adalah Babul Walid (Pintu berbakti kepada orang
tua). Maka janganlah kehilangan pintu tersebut, bersungguh-sungguhlah dalam
menaati kedua orang tuamu. Demi Allah, baktimu terhadap keduanya termasuk
diantara sebab-sebab kebahagiaanmu di dunia akhirat.
Aku memohon kepada Allah azza wa jalla agar memberikan
taufik kepadaku dan seluruh kaum muslimin untuk berbakti kepada kedua orang tua
dan berbuat baik kepada keduanya. Wallahu a`lam.
Sumber : ceritaislam.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar